Tentang kami

konsultan kajian lingkungan, penyedia produk perbaikan lingkungan, Waste solution.

komitmen dan tanggung jawab dalam pelayanan profesional untuk perbaikan lingkungan. pelayanan kami berupa perbaikan lingkungan, pencegahan kerusakan lingkungan dan pelatihan SDM yang berkaitan dengan lingkungan. fokus pelayanan berupa Waste Solition, Study and Consultant of Environment, Environmental Development, and Renewable Energy and Environmental Engineering.

Reviro Indonesia Teknologi Pengolah sampah Ramah Lingkungan

Produk dan pelayanan

Penyusunan Dokumen Lingkungan

Penyedia Teknologi Rekayasa Lingkungan

Pelatihan SDM bersertifikat dan Environmental Development

  • Penyusunan dokumen lingkungan

  • Melayani konsultasi lingkungan, Kajian dokumen lingkungan (AMDAL, UKl-UPL, pertek,Perling, SLO, dsb.), Pembuatan kajian desain pengolahan limbah (cair dan gas), dan Rencana pembuatan sistem maupun teknologi persampahan (by request)
  • penyedia teknologi rekayasa lingkungan

  • Pembuatan desain pengolahan limbah (cair dan gas), dan Rencana pembuatan sistem maupun teknologi persampahan (by request), Menyediakan produk teknologi dan jasa untuk perusahaan swasta, perhotelan, resto, rumah sakit, perkantoran, sekolah, swalayan, dsb
  • pelatihan SDM bersertifikat dan Environmental Development

  • Pelatihan bersertifikat, Menyediakan tenaga ahli untuk pendampingan program CSR dan EPR bagi perusahaan swasta maupun proyek pemerintahan, serta pendampingan pengelolaan lingkungan dan pengembangan perbaikan lingkunan
    • Study and Consultan of Environment
    • Product of environment enggeenering
    • Environmental Development
    • Renewable Energy

    blog dan portofolio

    MY BEST WORKS
    Pencemaran yang berasal dari kegiatan Laundry

     

    Pencemaran yang berasal dari kegiatan Laundry

    • Umum
    Usaha laundry merupakan kegiatan usaha jasa yang banyak menghasilkan limbah cair. Pembuangan limbah yang berasal dari kegiatan usaha laundry masih dibuang ke lingkungan tanpa ada pengolahan. Limbah laundry mengandung senyawa aktif metilen biru (surfaktan) yang sulit terdegradasi dan berbahaya bagi kesehatan maupun lingkungan. Diperlukan suatu upaya pengolahan limbah yang berasal dari kegiatan laundry untuk mengurangi pencemaran lingkungan.
    Detergen adalah Surfaktant anionik dengan gugus alkil (umumnya C9 – C15) atau garam dari sulfonat atau sulfat berantai panjang dari Natrium (RSO3- Na+ dan ROSO3- Na+) yang berasal dari derivat minyak nabati atau minyak bumi (fraksi parafin dan olefin).
    Produk yang disebut deterjen ini merupakan pembersih sintetis yang terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan produk terdahulu yaitu sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air.
    Proses pembuatan detergen dimulai dengan membuat bahan penurun tegangan permukaan, misalnya : p – alkilbenzena sulfonat dengan gugus alkil yang sangat bercabang disintesis dengan polimerisasi propilena dan dilekatkan pada cincin benzena dengan reaksi alkilasi Friedel – Craft Sulfonasi, yang disusul dengan pengolahan dengan basa.
    Pada umumnya, deterjen mengandung bahan-bahan berikut:



    1. Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu hydrophile (suka air) dan hydrophobe (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan. Surfaktant ini baik berupa anionic (Alkyl Benzene Sulfonate/ABS, Linier Alkyl Benzene Sulfonate/LAS, Alpha Olein Sulfonate/AOS), Kationik (Garam Ammonium), Non ionic (Nonyl phenol polyethoxyle), Amphoterik (Acyl Ethylenediamines)
    2. Builder (Permbentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air. Baik berupa Phosphates (Sodium Tri Poly Phosphate/STPP), Asetat (Nitril Tri Acetate/NTA, Ethylene Diamine Tetra Acetate/EDTA), Silikat (Zeolit), dan Sitrat (asam sitrat).
    3. Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas atau dapat memadatkan dan memantapkan sehingga dapat menurunkan harga. Contoh : Sodium sulfate
    4. Additives adalah bahan suplemen/ tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dan sebagainya yang tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contoh : Enzyme, Borax, Sodium chloride, Carboxy Methyl Cellulose (CMC) dipakai agar kotoran yang telah dibawa oleh detergent ke dalam larutan tidak kembali ke bahan cucian pada waktu mencuci (anti Redeposisi). Wangi – wangian atau parfum dipakai agar cucian berbau harum, sedangkan air sebagai bahan pengikat.
    Menurut kandungan gugus aktifnya maka detergen diklasifikasikan sebagai berikut :
    1. Detergen jenis keras
    Detergen jenis keras sukar dirusak oleh mikroorganisme meskipun bahan tersebut dibuang akibatnya zat tersebut masih aktif. Jenis inilah yang menyebabkan pencemaran air.
    Contoh: Alkil Benzena Sulfonat (ABS).
    Proses pembuatan ABS ini adalah dengan mereaksikan Alkil Benzena dengan Belerang Trioksida, asam Sulfat pekat atau Oleum. Reaksi ini menghasilkan Alkil Benzena Sulfonat. Jika dipakai Dodekil Benzena maka persamaan reaksinya adalah C6H5C12H25 + SO3 = C6H4C12H25SO3H (Dodekil Benzena Sulfonat). Reaksi selanjutnya adalah netralisasi dengan NaOH sehingga dihasilkan Natrium Dodekil Benzena Sulfonat
    2. Detergen jenis lunak
    Detergen jenis lunak, bahan penurun tegangan permukaannya mudah dirusak oleh mikroorganisme, sehingga tidak aktif lagi setelah dipakai .
    Contoh: Lauril Sulfat atau Lauril Alkil Sulfonat. (LAS).
    Proses pembuatan (LAS) adalah dengan mereaksikan Lauril Alkohol dengan asam Sulfat pekat menghasilkan asam Lauril Sulfat dengan reaksi:
    C12H25OH + H2SO4 = C12H25OSO3H + H2O. Asam Lauril Sulfat yang terjadi dinetralisasikan dengan larutan NaOH sehingga dihasilkan Natrium Lauril Sulfat.
    Awalnya deterjen dikenal sebagai pembersih pakaian, namun kini meluas dalam bentuk produk-produk seperti:
    1. Personal cleaning product, sebagai produk pembersih diri seperti sampo, sabun cuci tangan, dll.
    2. Laundry, sebagai pencuci pakaian, merupakan produk deterjen yang paling populer di masyarakat.
    3. Dishwashing product, sebagai pencuci alat-alat rumah tangga baik untuk penggunaan manual maupun mesin pencuci piring.
    4. Household cleaner, sebagai pembersih rumah seperti pembersih lantai, pembersih bahan-bahan porselen, plastik, metal, gelas, dll.
    Kemampuan deterjen untuk menghilangkan berbagai kotoran yang menempel pada kain atau objek lain, mengurangi keberadaan kuman dan bakteri yang menyebabkan infeksi dan meningkatkan umur pemakaian kain, karpet, alat-alat rumah tangga dan peralatan rumah lainnya, sudah tidak diragukan lagi. Oleh karena banyaknya manfaat penggunaan deterjen, sehingga menjadi bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat modern.
    Tanpa mengurangi makna manfaat deterjen dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, harus diakui bahwa bahan kimia yang digunakan pada deterjen dapat menimbulkan dampak negatif baik terhadap kesehatan maupun lingkungan. Dua bahan terpenting dari pembentuk deterjen yakni surfaktan dan builders, diidentifikasi mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap manusia dan lingkungannya.
    Umumnya pada deterjen anionik ditambahkan zat aditif lain (builder) seperti golongan ammonium kuartener (alkyldimetihylbenzyl-ammonium cloride, diethanolamine/ DEA), chlorinated trisodium phospate (chlorinated TSP) dan beberapa jenis surfaktan seperti sodium lauryl sulfate (SLS), sodium laureth sulfate (SLES) atau linear alkyl benzene sulfonate (LAS). Golongan ammonium kuartener ini dapat membentuk senyawa nitrosamin. Senyawa nitrosamin diketahui bersifat karsinogenik, dapat menyebabkan kanker.
    • Dampak Terhadap Kesehatan dan Lingkungan
    Senyawa SLS, SLES atau LAS mudah bereaksi dengan senyawa golongan ammonium kuartener, seperti DEA untuk membentuk nitrosamin. SLS diketahui menyebabkan iritasi pada kulit, memperlambat proses penyembuhan dan penyebab katarak pada mata orang dewasa.
    Dalam laporan lain disebutkan deterjen dalam badan air dapat merusak insang dan organ pernafasan ikan yang mengakibatkan toleransi ikan terhadap badan air yang kandungan oksigennya rendah menjadi menurun. Keberadaan busa-busa di permukaan air menjadi salah satu penyebab kontak udara dan air terbatas sehingga menurunkan oksigen terlarut. Dengan demikian akan menyebabkan organisme air kekurangan oksigen dan dapat menyebabkan kematian.
    Builders, salah satu yang paling banyak dimanfaatkan di dalam deterjen adalah phosphate. Phosphate memegang peranan penting dalam produk deterjen, sebagai softener air. Bahan ini mampu menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion kalsium dan magnesium. Berkat aksi softenernya, efektivitas dari daya cuci deterjen meningkat.
    Phosphate yang biasa dijumpai pada umumnya berbentuk Sodium Tri Poly Phosphate (STPP). Phosphate tidak memiliki daya racun, bahkan sebaliknya merupakan salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan mahluk hidup. Tetapi dalam jumlah yang terlalu banyak, phosphate dapat menyebabkan pengkayaan unsur hara (eutrofikasi) yang berlebihan di badan air, sehingga badan air kekurangan oksigen akibat dari pertumbuhan algae (phytoplankton) yang berlebihan yang merupakan makanan bakteri.
    Populasi bakteri yang berlebihan akan menggunakan oksigen yang terdapat dalam air sampai suatu saat terjadi kekurangan oksigen di badan air dan pada akhirnya justru membahayakan kehidupan mahluk air dan sekitarnya. Di beberapa negara, penggunaan phosphate dalam deterjen telah dilarang. Sebagai alternatif, telah dikembangkan penggunaan zeolite dan citrate sebagai builder dalam deterjen
    • Pengolahan Limbah Deterjen
    1. Deterjen Sintetik
    Deterjen Sintetik mempunyai sifat-sifat mencuci yang baik dan tidak membentuk garam-garam tidak larut dengan ion-ion kalsium dan magnesium yang biasa terdapat dalam air sadah. Deterjen sintetik mem¬punyai keuntungan tambahan karena secara relatif bersifat asam kuat, oleh karena itu tidak menghasilkan endapan sebagai asam-asam yang mengendap suatu karakteristis yang tidak nampak pada sabun.
    Unsur kunci dari deterjen adalah bahan surfaktan atau bahan aktif permukaan, yang beraksi dalam menjadikan air menjadi lebih basah (wetter) dan sebagai bahan pencuci yang lebih baik. Surfaktan terkonsentrasi pada batas permukaan antara air dengan gas (udara), padatan-padatan (debu), dan cairan-cairan yang tidak dapat bercampur (minyak). Hal ini terjadi karena struktur “Amphiphilic“, yang berarti bagian yang satu dari molekul adalah suatu yang bersifat polar atau gugus ionik (sebagai kepala) dengan afinitas yang kuat untuk air dan bagian lainnya suatu hidrokarbon (sebagai ekor) yang tidak suka air.
    Deterjen Sintetik mempunyai sifat-sifat mencuci yang baik dan tidak membentuk garam-garam tidak larut dengan ion-ion kalsium dan magnesium yang biasa terdapat dalam air sadah. Deterjen sintetik mem¬punyai keuntungan tambahan karena secara relatif bersifat asam kuat, oleh karena itu tidak menghasilkan endapan sebagai asam-asam yang mengendap suatu karakteristis yang tidak nampak pada sabun.
    2. SPAL ( Sistem Pengolahan Air Limbah )
    Cara yang lebih efektif adalah membuat instalasi pengolahan yang sering disebut dengan sistem pengolahan air limbah (SPAL). Caranya gampang; bahan yang dibutuhkan adalah bahan yang murah meriah sehingga rasanya tak sulit diterapkan di rumah Anda.
    Instalasi SPAL terdiri dari dua bagian, yaitu bak pengumpul dan tangki resapan. Di dalam bak pengumpul terdapat ruang untuk menangkap sampah yang dilengkapi dengan kasa 1 cm persegi, ruang untuk penangkap lemak, dan ruang untuk menangkap pasir.
    Tangki resapan dibuat lebih rendah dari bak pengumpul agar air dapat mengalir
    lancar. Di dalam tangki resapan ini terdapat arang dan batu koral yang berfungsi untuk menyaring zat-zat pencemar yang ada dalam deterjen.
    Cara kerja
    Air bekas cucian dialirkan ke ruang penangkap sampah yang telah dilengkapi dengan saringan di bagian dasarnya. Sampah akan tersaring dan air akan mengalir masuk ke ruang di bawahnya. Jika air mengandung pasir, pasir akan mengendap di dasar ruang ini, sedangkan lapisan minyak—karena berat jenisnya lebih ringan akan mengambang di ruang penangkap lemak
    Air yang telah bebas dari pasir, sampah, dan lemak akan mengalir ke pipa yang berada di tengah-tengah tangki resapan. Bagian bawah pipa tersebut diberi lubang sehingga air akan keluar dari bagian bawah. Sebelum air menuju ke saluran pembuangan, air akan melewati penyaring berupa batu koral dan batok kelapa.



    3. Pengolahan secara Biologi
    Detergen merupakan suatu derivatik zat organik sehingga akumulasinya menyebabkan meningkatnya COD dan BOD dan angka permanganat sehingga dalam pengolahannya sangat cocok menggunakan teknik biologi.
    Teknik pengolahan detergen secara biologi yaitu dengan bantuan bakteri, koagulasi-flokulasi-flotasi, adsorpsi karbon aktif, lumpur aktif, khlorinasi.

    Skema Diagram Pengolahan Biologi
    4. Mendestabilkan Partikel
    Detergen mempunyai sifat koloid. Karakteristik dari partikel koloid dalam air sangat dipengaruhi oleh muatan listrik dan kebanyakan partikel tersuspensi bermuatan negative. Cara mendestabilkan partikel dilakukan dalam dua tahap. Pertama dengan mengurangi muatan elektrostatis sehingga menurunkan nilai potensial zeta dari koloid, proses ini lazim disebut sebagai koagulasi. Kedua adalah memberikan kesempatan kepada partikel untuk saling bertumbukan dan bergabung, cara ini dapat dilakukan dengan cara pengadukan dan disebut sebagai flokulasi.
    5. Menanami Selokan
    Cara yang paling sederhana mengatasi pencemaran deterjen adalah dengan menanami selokan dengan tanaman air yang bisa menyerap zat pencemar. Tanaman yang bisa digunakan, antara lain jaringao, Pontederia cordata (bunga ungu), lidi air, futoy ruas, Thypa angustifolia (bunga coklat), melati air, dan lili air. Cara ini sangat mudah, tapi hanya bisa menyerap sedikit zat pencemar dan tak bisa menyaring lemak Dan sampah hasil dapur yang ikut terbuang ke selokan.
    6. Filtrasi
    Filtrasi media karbon aktif dan proses antifoaming merupakan alternatif lain dalam menurunkan kadar surfaktan dalam air limbah laundry.
    7. Gunakan Deterjen Seminimal Mungkin
    Untuk mencegah dampak lebih parah diperlukan kesadaran konsumen agar hanya memilih produk deterjen ramah lingkungan. Deterjen ramah lingkungan dapat dilihat dari logo pada kemasan produk deterjen, walaupun untuk membuktikan produk tersebut benar-benar ramah lingkungan harus melalui uji laboratorium. Konsumen juga dapat meminimalikan pemakaian deterjen karena pemakaian dalam kadar kurang atau maksimal sama dengan takaran yang dianjurkan sudah cukup.
    • Tips Memilih Deterjen Cuci
    1. Deterjen tersebut ramah lingkungan.
    Cara pengujiannya:
    • campur deterjen dengan air, aduk merata, kemudian siramkan ke tanaman &
    tanah.lihat hasilnya.
    • apakah deterjen tersebut biodegradeable (mudah terurai secara alamiah, tidak
    meninggalkan bekas)
    • jika ke tanaman, apakah tanaman tersebut masih hidup di hari-hari berikutnya?
    2. Tidak panas di tangan.
    Deterjen yang menyebabkan panas apabila digenggam di tangan adalah karena reaksi dari soda campuran deterjen tersebut terhadap lemak dibahwa lapisan kulit. Soda nama kimianya Sodium Hydroxide (NaOH).
    Industri deterjen menggunakan ini karena murah dan penangannya mudah (gimana nasib penggunanya?)
    Sangat berbahaya, dalam dosis kecil bersifat korosif, jika banyak dapat menimbulkan iritasi.cara pengujian:
    • larutkan Produk sabun cair deterjen dalam air secukupnya, kemudian rendamlah beberapa logam besi (misal: paku), biarkan beberapa hari.
    hasilnya:Paku akan berkarat (tanda Sodium Hydroxide mulai bekerja).
    Bayangkan jika itu terjadi pada pakaian anda? (pakaian jadinya mudah lapuk)


    3. Tidak banyak berbusa.
    Asumsi ibu-ibu makin banyak busa makin enak nyucinya, makin bersih… Attention Please !!! Asumsi belum tentu benar. Sebelum kita menggunakan Sabun atau sesuatu Pertimbangkanlah secara matang keuntungan dan kerugian yang akan timbul darinya.
    Busa ( Carboxyl Methyl Cellulose) sejenis bahan kimia yang hanya menghasilkan buih. Reaksi terhadap pakaian tidak ada.Karena banyak busa maka kita makin asik menyikat pakaian, akhirnya kotoranpun copot dan pakaian pun rusak karena bolak-balik disikat.Keuntungan banyak busa:
    Tidak ada.Kerugian:
    - Pemakaian air bertambah (untuk membilas).
    - Tenaga lebih banyak keluar.
    - Waktupun lebih banyak terbuang (karena harus membilas)
    4. Deterjen yang bekerja untuk kita, bukan kita yang kerja untuk deterjen
    Produk sabun cair Deterjen yang baik adalah deterjen yang mampu bekerja sendiri menghilangkan kotoran (kotoran ringan).
    Apabila kita merendam pakaian (misal: kemeja) yang kita harapkan adalah kotoran pada kerah bisa lepas, namun sering kita merendam kemeja kotoran di kerah tidak lepas semua, masih perlu di berus.
    Nah ini yang saya katakan bekerja untuk deterjen.Apalah arti logo dan iklan banyak tangan mencuci? sudahkah anda mengujinya?Cara Pengujian:
    Larutkan Sabun cair deterjen dalam segelas air dan aduk hingga rata (jumlah deterjen terserah).
    Masukkan sisir yang kotor kedalamnya, rendamlah selama 20 menit.
    Perhatikan kotoran yang melekat pada sisir, apakah ada yang lepas? seberapa banyak?
    Coba aduk-aduk sisir dalam larutan Produk sabun deterjen. Bersihkan?
    5. Berat jenis lebih berat daripada air.
    Sabun cair Deterjen memiliki berat jenis lebih berat dari pada air, jika dilarutkan dalam air ia akan tenggelam.Cara pengujian:
    Tuang satu sendok takar deterjen kedalam segelas air, perhatikan?apakah Sabun curah deterjen anda ada yang mengapung?jika ada, apakah itu Sabun curah

    DAFTAR PUSTAKA
    Shanty Bio. Pengolahan Limbah Cair ; http://shantybio.transdigit.com/?Biology_-_Dasar_Pengolahan_Limbah:Pengolangan_Limbah_Cair.
    http://bioscientiae.unlam.ac.id/v1n1/v1n1_halang.PDF
    Magyartoto Tersiawan.Berita Lingkungan ; http://www.mail-archive.com/tlusakti@ypb.or.id/msg00344.html
    Metode Pengolahan Deterjen ; http://smk3ae.wordpress.com/2008/07/15/metode-pengolahan-detergen/
    Gundam Seed ; file:///D:/limbah/tips-memilih-deterjen-cuci.html
    http://best-reinald.blogspot.co.id/2010/01/umum-usaha-laundry-merupakan-kegiatan.html
    no image

    Artikel MInyak Atsiri

    ü  Minyak atsiri biasanya dinamakan menurut sumber utamanya, seperti
    ü  Beberapa minyak atau berbentuk salep yang merupakan kombinasi antara beberapa jenis minyak atsiri. Contohnya :
    1.      Minyak Telon.
    2.      Minyak Tawon.
    3.      Minyak Angin
    A.    Pembuatan Minyak Atsiri
    Proses produksi minyak atsiri dapat ditempuh melalui 3 cara, yaitu:
    1.      Pengempaan (pressing) dilakukan dengan memberikan tekanan pada bahan menggunakan suatu alat yang disebut hydraulic atau expeller pressing. Beberapa jenis minyak yang dapat dipisahkan dengan cara pengepresan adalah minyak almond, lemon, kulit jeruk, dan jenis minyak atsiri lainnya.
    2.      Ekstraksi menggunakan pelarut (solvent extraction), untuk mengambil minyak bunga yang kurang stabil dan dapat rusak oleh panas. Pelarut yang dapat digunakan untuk mengekstraksi minyak atsiri antara lain kloroform, alkohol, aseton, eter, serta lemak. Sedangkan enfleurasi digunakan khusus untuk memisahkan minyak bunga-bungaan, untuk mendapatkan mutu dan rendemen minyak yang tinggi.
    3.      Penyulingan (distillation). Penyulingan merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk mendapatkan minyak atsiri. Penyulingan dilakukan dengan mendidihkan bahan baku di dalam ketel suling sehingga terdapat uap yang diperlukan untuk memisahkan minyak atsiri dengan cara mengalirkan uap jenuh dari ketel pendidih air (boiler) ke dalam ketel penyulingan.
    Contoh Pembuatan Minyak Atsiri.
    1.      Minyak nilam diproduksi dengan cara penyulingan, baik dengan uap (kukus) maupun  uap bertekanan tinggi.
    2.      Minyak sereh wangi di Indonesia biasanya dilakukan melalui proses penyulingan selama 3 – 4 jam. Rendemen rata-rata minyak sereh wangi sekitar 0,6 – 1,2% tergantung jenis sereh wangi serta penanganan dan efektifitas penyulingan.
    3.      Minyak cengkeh cara penyulingan yang paling sederhana untuk mendapatkannya adalah dengan penyulingan air dan uap dengan lama penyulingan sekitar 7 – 8 jam untuk daun basah dan 6  - 7 jam untuk penyulingan daun kering.
    4.      Minyak nenanga diperoleh dengan cara penyulingan bunga kenanga. Di daerah biasanya dilakukan dengan cara rebus. Hasil sulingan terdiri dari beberapa fraksi yang mempunyai komposisi dan mutu yang berbeda. Fraksi dengan mutu paling baik adalah yang mengandung kadar ester dan eter yang tinggi, sesquiterpen yang rendah.
    5.      Minyak cendana diperoleh dari hasil pengulingan jantung kayu cendana dengan waktu penyulingan cukup lama karena titik didih minyak ini cukup tinggi. Rendamannya sekitar 3-5%.
    6.      Minyak kayu putih yang diperoleh dengan cara menyuling daun tanaman kayu putih berwarna biru sampai hijau, sementara minyak kayu putih yang telah dimurnikan berwarna kuning sampai tidak berwarna dan berbau seperti kamfer.
    7.      Minyak adas secara komersil dihasilkan dengan cara penyulingan buah (biji) adas menggunakan sistem penyulingan uap.  Rendemennya sekitar 1-6%. Penyulingan sebaiknya langsung dilakukan setelah biji dipanen. Selama proses penyulingan, harus dijaga agar suhu kondensor agak tinggi, untuk mencegah pembekuan minyak dalam tabung kondensor.  
    8.  Minyak bunga melati dilakukan dengan cara ekstraksi menggunakan sistem enfleurasi (lemak dingin). Dengan cara ini, rendemen yang dihasilkan cukup tinggi dan tingkat kewangian yang tinggi, namun biaya produksinya cukup mahal, sehingga jarang dipergunakan. Cara ekstraksi lainnya adalah dengan mempergunakan pelarut menguap (solvent extraction). Minyak melati yang baru diekstrak berwarna coklat kemerahan, dan mempunyai bau khas minyak melati. Absolute melati bersifat lengket, jernih, berwarna kuning coklat dan mempunyai bau harum. Apabila mengadsorbsi udara, minyak berubah baunya, lebih kental, dan akhirnya membentuk resin.

    Selasa, 31 Desember 2013

    MAKALAH MINYAK ATSIRI


    BAB I
    PENDAHULUAN
    Minyak atsiri, atau dikenal juga sebagai minyak eterik (aetheric oil), minyak esensial (essential oil), minyak terbang (volatile oil), serta minyak aromatik (aromatic oil), adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam perdagangan, hasil sulingan (destilasi) minyak atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi.
    Para ahli biologi menganggap minyak atsiri sebagai metabolit sekunder yang biasanya berperan sebagai alat pertahanan diri agar tidak dimakan oleh hewan (hama) ataupun sebagai agensia untuk bersaing dengan tumbuhan lain dalam mempertahankan ruang hidup. Walaupun hewan kadang-kadang juga mengeluarkan bau-bauan (seperti kesturi dari beberapa musang atau cairan yang berbau menyengat dari beberapa kepik), zat-zat itu tidak digolongkan sebagai minyak atsiri.
    Ciri-ciri Minyak Atsiri :
    Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain itu, susunan senyawa komponennya kuat memengaruhi saraf manusia (terutama di hidung) sehingga seringkali memberikan efek psikologis tertentu. Setiap senyawa penyusun memiliki efek tersendiri, dan campurannya dapat menghasilkan rasa yang berbeda. Karena pengaruh psikologis ini, minyak atsiri merupakan komponen penting dalam aromaterapi atau kegiatan-kegiatan liturgi dan olah pikiran/jiwa, seperti yoga atau ayurveda.
    Sebagaimana minyak lainnya, sebagian besar minyak atsiri tidak larut dalam air dan pelarut polar lainnya. Dalam parfum, pelarut yang digunakan biasanya alkohol. Dalam tradisi timur, pelarut yang digunakan biasanya minyak yang mudah diperoleh, seperti minyak kelapa.
    Secara kimiawi, minyak atsiri tersusun dari campuran yang rumit berbagai senyawa, namun suatu senyawa tertentu biasanya bertanggung jawab atas suatu aroma tertentu. Sebagian besar minyak atsiri termasuk dalam golongan senyawa organik terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam minyak (lipofil).
    BAB II
    PEMBAHASAN
    A.    JENIS JENIS MINYAK ATSIRI
    1.      Agarwood Oil (Aquilaria malaccensis) : Minyak Gaharu
    Pohonnya tumbuh liar di hutan-hutan, terutama di Papua dan Kalimantan. Tetapi kini sudah banyak dibudidayakan orang. Dengan melihat situasi pengembangan aspek budidayanya saat ini, bukan tidak mungkin beberapa tahun ke depan pasokan minyak ini akan cukup melimpah. Dengan catatan, teknik budidaya untuk menghasilkan kayu gaharu berkualitas dilakukan dengan benar.
    2.      Alpinia Malaccensis Oil
    Sesuai dengan namanya, tentunya minyak atsiri jenis ini diambil dari tanaman jenis species Alpinia malaccensis. Orang Indonesia biasanya menyebutkan Laja Gowa atau lengkuas hutan. Sering dijumpai tumbuh liar di hutan-hutan tropis. Potensi bahan bakunya cukup besar, hanya perlu usaha lebih lanjut memasarkannya terutama untuk pasaran ekspor.
    3.      Alpinia Purpurata Oil
    Orang Indonesia biasanya menyebut tanaman ini honje merah atau kecombrang dan ada pula yang menyebut lengkuas merah, tetapi nama Inggrisnya adalah Red Ginger. Juga banyak dijumpai tumbuh liar di kebun-kebun atau di hutan. Sering dipakai untuk tambahan rasa dan aroma pada sambal di pedesaan.
    4.      Amyris oil (Amyris balsamifera) : Minyak Cendana
    Jenis minyak ini juga sering disebut West Indian Sandalwood Oil. Minyak ini dihasilkan dari Pohon cendana . Cendana, atau cendana wangi, merupakan pohon penghasil kayu cendana dan minyak cendana. Kayunya digunakan sebagai rempah-rempah, bahan dupa, aromaterapi, campuran parfum, serta sangkur keris (warangka). Kayu yang baik bisa menyimpan aromanya selama berabad-abad.
    5.      Basil Oil (Ocium basilicum) : Minyak Kemangi
    Kadang sering disebut sebagai Sweet Basil Oil yang diambil dari tanaman selasih, salah satu jenis kemangi-kemangian. Tanaman ini sering  juga disebut sebagai kemangi Cina. Bukan tipe kemangi yang sering dipakai untuk lalapan. Bunganya berwarna ungu, meskipun ada juga yang berwarna putih.
    6.      Bay Laurel Oil (Laurus nobilis) : Minyak Salam
    Minyak atsiri jenis ini disuling dari daun salam yang biasa kita jumpai di dapur yang dipakai untuk penambah aroma tumis-tumisan. Banyak informasi mengatakan bahwa jenis daun salam yang banyak tumbuh di Indonesia bukanlah jenis Laurus nobilis, tetapi jenis Syzygium polyanthum.
    7.      Benzoin Oil (Styrax benzoin) : Minyak Kemenyan
    Cukup familiar dengan nama kemenyan. Pulau Sumatra adalah salah satu penghasil kemenyan yang cukup penting di dunia. Beberapa penyuling sudah mulai menyuling minyak kemenyan ini. Cukup berbeda dengan jenis minyak atsiri lainnya, minyak kemenyan dihasilkan dari proses penyulingan getah kemenyan kering (gum benzoin).
    8.      Black Pepper Oil (Piper ningrum) : Minyak Lada
    Indonesia merupakan salah satu produsen lada yang cukup diperhitungkan di dunia. Lada yang biasa disuling adalah lada hitam alias lada yang masih diselimuti oleh kulitnya. Sedangkan lada putih telah melalui proses pelepasan kulit sebelum dijual ke pasaran.
    9.      Cajeput Oil (Meulaleca cajeputi) : Minyak Kayu Putih
    Di negara kita terkenal dengan nama minyak kayu putih. Banyak tumbuh liar di berbagai lokasi di tanah air dan yang paling terkenal adalah minyak kayu putih dari Pulau Buru. Minyak ini kaya akan senyawa cineole. Potensi pengembangannya cukup besar baik ditinjau dari sisi bahan baku maupun dari sisi pasar (baik pasar ekspor maupun domestik). Coba bayangkan, ada berapa banyak merk-merk minyak kayu putih dan dan minyak telon yang beredar di pasaran retail saat ini.
    10.  Cananga Oil (Cananga latifolia) : Minyak Kenanga
    Salah satu jenis minyak atsiri yang sudah diproduksi secara missal di Indonesia di mana produsen utamanya adalah Kab. Blitar – Jatim dan sebagian di Boyolali-Jateng, Jenis yang disuling adalah jenis kenanga hutan yang tumbuh besar membubung tinggi. Bunga segarnya disuling menggunakan teknik penyulingan air (sistem rebus).
    11.  Calamus Oil (Acorus calamus) : Minyak Jeringo
    Nama Indonesia dari tanaman ini adalah jeringau atau jeringo. Sering tumbuh liar di pinggiran sungai atau di rawa-rawa. Pokoknya di tempat-tempat yang tergenang air. Sepertinya memang di situlah habitatnya. Bagian yang disuling dan diambil minyak atsirinya adalah akar-akar yang merambat sampai mendekati batangnya
    12.  Camphor Oil (Cinnamomum camphora) : Minyak Kamper
    Minyak ini hasil dari “Kamper”. Kamper dihasilkan dari tamaman Dryobalanops aromatic atau pohon kapur yang merupakan jenis pohon yang berada dalam ambang kepunahan. Minyaknya disuling dari kayu yang terlebih dahulu dihancurkan seperti serbuk gergaji. Jika pohon dikatakan kayu khas kalimatan, artinya pohon ini juga banyak tumbuh di hutan-hutan Pulau Borneo ini. Tapi entah nilai ekonominya lebih besar yang mana, dijadikan produk kayu-kayuan atau minyak atsiri. Tentunya membutuhkan analisis dan kajian yang lebih mendalam.
    13.  Cardamom Oil (Ammomum cardamomum) : Minyak Kapol
    Orang bilang ini adalah kapulaga, kapulogo, atau lebih singkat lagi ”kapol”. Juga sering dikatakan kapulaga lokal dan dalam istilah Inggris sering dikatakan false cardamom. Sebenarnya jenis kapol yang memiliki nilai jual tinggi di pasaran internasional adalah kapulaga seberang (Elettaria cardamomum) yang sering disebut juga kapulaga India atau juga true cardamom. Hanya sayangnya yang jenis ini kurang banyak yang membudidayakannya. Aroma minyak atsirinya seperti minyak kayu putih karena kandungan sineol-nya yang cukup tinggi.
    14.  Carrot Seed Oil (Daucus carota) : Minyak Wortel
    Ternyata yang namanya wortel ini juga mengandung minyak atsiri, tapi bukan akarnya. Minyak atsiri dari tanaman ini diambil dari bijinya. Jika dibiarkan tua, tanaman ini tentunya akan memproduksi biji pada bagian atas daunya. Biasanya wortel dipanen sebelum muncul biji. Sebagian dibiarkan menjadi tua hingga muncul biji yang pada akhirnya oleh para petani dijadikan sebagai benih.
    15.  Cassia Oil (Cinnamomum cassia)
    Banyak yang mengatakan tanaman ini adalah kayu manis China. Minyak kayu manis jenis ini merupakan minyak kayu manis yang harganya paling murah di pasaran dunia. Sesuai dengan namanya, produsen terbesar minyak ini adalah China.
    16.  Celery Oil (Apium graveolens) : Minyak Seledri
    Tanaman ini banyak diproduksi oleh petani-petani di dataran tinggi sebagai daerah sentra sayur-mayur. Minyak seledri ini bukan dihasilkan dari daunnya melainkan dari bijinya. Meskipun banyak yang membudidayakan namun tidak secara khusus diambil bijinya untuk dijadikan minyak atsiri. Biji seledri pastinya digunakan sebagai benih dan sebagian juga digunakan untuk ramuan obat-obatan herbal.
    17.  Champaca Oil (Michelia alba) : Minyak Cempaka
    Michelia alba ini bunganya berwarna putih, sedangkan Michelia champaka berwarna kuning. Untuk menghasilkan minyak cempaka dengan rendemen tinggi digunakan teknik ekstraksi pelarut dari bunga cempaka segar.
    18.  Cinnamon Bark Oil (Cinnamomum burmanii) : Minyak Kayu Manis
    Minyak atsirinya diambil dari kulit kayu manis dari tanaman yang produk rempahnya sering dinamakan “Cassia Vera” ini. Hanya jika ingin menyuling kulit kayu manis dengan rendemen tertinggi dan kualitas minyak terbaik harus menggunakan bahan baku kulit kayu yang tebalnya di atas 4 mm yang berasal dari pohon yang telah berusia di atas 15 atau bahkan 20 tahun.
    19.  Cinnamon Bark Oil (Cinnamomum zeylanicum)
    Orang banyak bilang ini jenis kayu manis India atau kayu manis Sri Lanka. Jenis minyak kayu manis yang paling tinggi nilainya di pasara dunia adalah jenis Zeylanicum ini. Selain kulit kayunya, daun kayu manis ini pun juga bisa disuling (dan terjual) karena mengandung eugenol dalam jumlah yang tinggi seperti halnya minyak daun cengkeh.
    20.  Cinnamomum parthenoxylon Oil
    Minyak ini sepertinya belum ada nama dagang khusus dalam pasaran minyak atsiri dunia. Beberapa nama daerah untuk tanaman ini diantaranya adalah Pakanangi atau Palio (Sulawesi) dan Kayu Selasihan (Jawa). Terkadang minyak ini sering disamakan dengan sassafras oil yang disuling dari tanaman karena secara aroma memang sama akibat kadar senyawa safrol yang tinggi di atas 95%. Padahal juga bukan sassafras oil karena sassafras dihasilkan dari tanaman jenis Sassafras variifolium.

    B.     MANFAAT MINYAK ATSIRI
    Minyak atsiri membantu mengelola stres dan mempromosikan relaksasi. Minyak atsiri sangat aktif terhadap bakteri, jamur dan virus dengan kekuatan kulit lebih baik penetrasi dari antibiotik konvensional. Oleh karena itu mereka dapat bermanfaat sangat baik terhadap berbagai macam infeksi kulit. Minyak atsiri menyeimbangkan produksi sebum dan karenanya sangat baik untuk mengobati semua jenis kulit, kering, berminyak, kombinasi dan normal.
    Minyak atsiri adalah antiseptik. Minyak atsiri telah ditunjukkan untuk menghancurkan semua bakteri uji dan virus sekaligus mengembalikan keseimbangan tubuh.
    Dengan membantu meningkatkan asimilasi nutrisi pada tingkat sel dan menyediakan oksigen yang dibutuhkan, minyak esensial dapat membantu merangsang sistem kekebalan tubuh. Minyak atsiri mengandung blok bangunan untuk kesehatan yang baik, termasuk mineral dan asam amino.
    Minyak atsiri memiliki kemampuan untuk mencerna bahan kimia beracun dalam tubuh.
    Minyak atsiri merangsang aktivitas enzimatik, mendukung kesehatan pencernaan.
    Minyak atsiri adalah antioksidan kuat. Antioksidan menciptakan lingkungan yang tidak ramah bagi radikal bebas, sehingga membantu untuk mencegah mutasi. Sebagai pemulung radikal bebas, mereka juga dapat membantu mencegah pertumbuhan jamur dan oksidasi dalam sel.
    Minyak atsiri akan ditampilkan untuk detoksifikasi sel dan darah dalam tubuh.
    Minyak atsiri adalah aromatik. Saat menyebar, mereka menyediakan pemurnian udara dengan :
    ·         Menghapus partikel logam dan racun dari udara
    ·         Meningkatkan oksigen atmosfir
    ·         Meningkatkan ozon dan ion negatif di daerah, yang menghambat pertumbuhan bakteri
    ·         Menghancurkan bau dari cetakan, rokok, dan hewan
    ·         Mengisi udara dengan aroma, segar aromatik.



    BAB III
    PENUTUP
    CARA MEMPEROLEH MINYAK ATSIRI :
    1.      Destilasi atau Penyulingan.
                Pembuatan minyak atsiri dengan penyulingan dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu: besarnya tekanan uap yang digunakan, bobot molekul masing-masing komponen dalam minyak, dan kecepatan keluarnya minyak atsiri dari simplisia.  Namun demikian, pembuatan minyak atisiri dengan cara penyulingan mempunyai beberapa kelemahan:
    a.        tidak baik terhadap beberapa jenis minyak yang mengalami kerusakan oleh adanya panas dan air. 
    b.        Minyak atisiri yang mengandung fraksi ester akan terhidrolisis karena adanya air dan panas.
    c.        Komponen minyak yang larut dalam air tidak dapat tersuling.
    d.       Komponen minyak yang bertitik didih tinggi yang menentukan bau wangi dan mempunyai daya ikat terhadap bau, sebgaian tidak ikut tersuling dan tetap tertinggal dalam bahan.

    Jenis-jenis destilasi / penyulingan, ada 3 yaitu:  destilasi air, destilasi uap dan air, dan destilasi uap.:
    1. Destilasi air
    Pada destilasi air terjadi kontank langsung antara simplisia dengan air mendidih.  Simplisia yang telah dipotong-potong, digiling kasar, atau digerus halus dididihkan dengan air, uap air dialirkan melalui pendingin, sulingan berupa minyak yang belum murni ditampung.  Penyulingan dengan cara ini sesuai untuk simplisia kering yang tidak rusak dengan pendidihan.  Penyulingan air biasa  digunakan untuk menyari minyak atsiri yang tahan panas dari grabahan maupun bahan yang berkayu dan keras.
                Keuntungan metode ini adalah: kualitas minyak atsiri baik (jika diperhatikan suhu tidak terlalu tinggi), alat sederhana dan mudah diperoleh, dan mudah pengerjaannya.
                Kerugian dari metode ini  adalah:  tidak semua bahan dapat dilakukan dengan cara ini (terutama bahan yang mengandung sabun, bahan yang larut dalam air, dan bahan yang mudah hangus), adanya air sering menyebabkan terjadinya hidrolisis, dan waktu penyulingan yang lama.
    1. Destilasi uap dan air
    Penyulingan degnan cara ini memakali alat semacam dandang.  Simplisia diletakkan di atas bagian yang berlubang-lubang sedangkan air di lapisan bawah.  Uap dialirkan melalui pendingin dan sulingan ditampung, minyak yang diperoleh belum murni.  Cara ini baik untuk simplisia basah atau kering yang rusak pada pendidihan.  Untuk simplisia basah atau kering yang rusak pada pendidihan.  Untuk simplisia kering harus dimaserasi lebih dulu, sedangkan untuk simplisia segar yang baru dipetik tidak perlu dimaserasi.  Cara penyulingan ini banyak dilakukan sebagai industri rumah, karena peralatan mudah didapat dan hasil yang diperoleh cukup baik.
    Kerugian cara ini, hanya minyak dengan titik didih lebih rendah dari air yang dapat tersuling sehingga hasil penyulingan tidak sempurna (masih banyak minyak yang tertinggal di ampas).
    1. Destilasi uap.
    Minyak atsiri biasanya didapatkan dengan penyulingan uap pada bagian tanaman yang mengandung minyak.  Metode penyulingan ini tergantung pada kondisi bahan tanaman
    Penyulingan dengan uap memerlukan air, uap panas yang biasanya bertekanan lebih dari 1 atmosfer dialirkan melalui suatu pipa uap.  Peralatan yang dipakai tidak berbeda dnegn penyulingan air dan uap, hanya diperlukan alat tambahan untuk memeriksa suhu dan tekanan.  Bila pemeriksaan telah dilakukan degnan air dan uap, hanya diperlukan alat tambahan untuk memeriksa suhu dan tekanan.  Bila pemeriksaan telah dilakukan dengan baik, dengan cara ini akan diperoleh minyak yang lebih banyak.  Cara ini bisa juga digunakan untuk membuat minyak atisiri dari biji, akar, kayu, yang umumnya mengandugn komponen minyak yang bertitik didih tinggi.  Penyulingan ini dapat digunakan utnuk membuat minyak cengkeh, minyak kayumanis, minyak akar wangi, minyak sereh, minyak kayuputih, dll.

    Search

    Slider

    4-latest-1110px-slider

    Comments

    4-comments
    Logo

    Latest blog posts

    3-latest-65px

    hubungi Kami

    Reviro Indonesia